Galeri Puisi

Emmy Sahertian

Sabtu, 11 Desember 2010

VERY PEACEFUL MELODIC MUSIC

Diposting oleh Ziarah Hidup di 05.32

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pengikut

Mengenai Saya

Ziarah Hidup: Hidup adalah ziarah yang menembus batas ego,ras,warna kulit, claim teritori, status sosial dan umur....menjadi apa yang disebut kemanusiaan yang memanusiakan manusia

Lihat profil lengkapku

HARI INI AKU BERKEJAR KEJARAN DENGAN TUHAN......

Kata mammy…hari ini hari Tuhan…dan tempatku ada di sudut situ

pojok kursi kecil di tempat paduan suara

aku tak mau….anganku sedang melayang pada buah jamblang biru nila

…..sedap…. gimana kalau ku curi……

gila…mengapa di dalam rumah Tuhan ini aku malah berpikir mencuri

aku keluar ke WC… sumpek …alasan menghindar tapi itu menipu

Ku basuh kakiku dengan air butek…..baunya seram……urine…

Ku keluar kembali kepojok kursi kecilku….

gila…..mengapa kotor rumah Tuhan ini???

Sambil mendengar kalimat ini:

“ sebagai orang beriman…kita HARUS bertobat dan berbalik agar sorga terbuka bagimu

Selebar samudera”

khayalku tentang samudera ada dalam ceritera komik

penuh dengan makhluk seram…..setan…dan leviathan…

gila…mengapa dalam gedung ini khayalanku seram

lalu aku keluar dan memanjat tiang lonceng……

agak lega…..paling tidak masih menyiramkan gaung gentanya yg mengingatkan orang untuk berhari Minggu…

aku melorot turun lagi dan bersembunyi saja di balik pohon nyiur subur sambil menanti ada kelapa yang rontok…….

eh ini kan pohon nyiurnya keluarga Jin Fun……lagi lagi aku ingin mencuri…..

gila….pada hari Tuhan ini aku ingin mencuri..

aku berlari lagi ke sawah opa Hu’andao……..wah padinya bagus……aku menghayal tentang bubur padi baru ….lezat di santap.. sambil berjalan melintas pematang berlumpur….lalu tiba dipinggir hutan di Amnesi….. waduh…mamar ini luas oi…mamar seorang gembala umat…bisa menghidupi jemaat yang rata-rata hidup dibawah garis normal hidup……..

tapi anganku menembus mamar kelapa dan kedondong hutan ….berlari menuju rumah mereka yang nyaman…..di seberang jauh ku pandang teluk berlaut yang menembus ke Pariti dan gunung Fatule’u…..weh mataku lebih tertarik pada buah sawo yang mulai ranum dan aku memetik beberapa….ih masih sepat….hah bangga sekali mengecap rasa manis yang terselip…….aku mencurinya dan menyelimutnya dalam saku bajuku…..

“hei nona….ini ada yang sudah matang….” Suara mama Or…..hehe…ternyata buah pemberiannya lebih lezat dari yang kucuri….

….rasanya Tuhan mengejarku dan melesatkan kebaikan bagiku sementara pikiranku…..kreatif melawan perintahNya……

Aku kembali ke rumah…..pasti dimarahi…tapi aneh mereka diam saja……lalu kucuci kaki dan tidur………

Minggu ….dan mingggu lagi hah….hari hari yang melelahkan untuk memenuhi perintahMu Tuhan…..aku melawan lagi dengan mengkritik karena uang ditanganku untuk kolekte kebaktian….

“mam….mengapa Tuhan begitu kaya .. rumahnya bertembok dan beraltar kayu jati sementara rumah kita dari dinding beratap rumbia dan berlantai tanah….miring lagi…karena diterpa pancaroba tiap bulan Februari………terpaksa di tongkat dengan kayu agar tidak roboh”

waduh…kok tak adil ……..

nene Otji mengatakan……..soal memberi uang bagaikan menggarami lautan itu perlu ditinjau…yang terpenting adalah kerelaan untuk memberi harus dipelajari……disitu kamu belajar beriman yang melampaui semua ketidak logisnya hidup…iman itu yang akan menembusi misteri kegalauanmu…..bila curiga..pindahkan saja kolektemu kepada si Orpa yang lebih miskin darimu….. tapi jumlahnya jadi kecil kecil sekali…..paling hanya untuk membeli satu butir permen di Toko Baru…tapi kemanusiaannya besaaar.

kumasuki gerbang-gerbang rumahMu dengan ngomel…..Kau memiliki seisi dunia ini bahkan hidupku……mengapa aku harus memberi setalen ini….uang terakhirku untuk sedikit bangga terhadap temanku bahwa aku bisa membeli permen…..paling kami akan berbagi manisnya dan bangganya…

beri…tidak….beri….tidak…..hm bagaimana membagi dua dermaku ini……..ah....

aku menengadah kepala melongo corong atap tembus ke langit…gereja Rehobot…..Kau kejar aku lagi….diantara sayap-sayap burung gereja yang kotorannya kadang mengotori sanggul tanta Jublina…..soprano paduan suara yang tinggi garang berlidah cadel…..

tanganku selip dalam saku baju……lah…di mana uangku……jatuh dari saku berlubangku yang lupa ditisik mama Bea…..hehe…..hilang……

aku berlari keluar…..dan Kau mengejarku…aku mencebur diri disungai yang mulai mendalam karena Piter,Wiliam, Pace, Yety,Buce, Ba’I,Nora dan Fatimah sudah membendung air…..kecipak kecipik aku mandi……sambil bersumpah…bahwa aku ingin mempelajari ilmu tentang Engkau……pasti kita akan kejar-kejaran…….di nuraniku……lalu ku usap wajahku dengan air sungai bening dan tertawa…….

Hari ini aku berkejaran dengan Tuhan……..ku benamkan kembali kepalaku ke air sejuk itu …menyelam …berenang…dan bebas…

NATAL LAGI.....

senja ini langit berwarna nila
dan kristal kristal berbinar di kapela kecil itu
gaung lonceng bak suara malak ...memelas:
"damai ini semakin rontok, berguguran bersama
harapan yang uzur
litanimu sumbang...sahadatmu suam
damai bukan lagi derma ilahi....tapi pilihan insani
takluk di bawah kuasa dan ketersinggungan"

lalu aku mendengar Kidung Kencana : "MALAM KUDUS"
semawi sesaat turun....melingkup kebisuan
di keheningan ini cemara berkerlib cahaya
mengingatkan para peziarah iman
tentang gema palungan yang ditingkahi tangis Sang Bayi Suci
mengaumkan kepedihan kaum papa yang terbuang

wahai...dengarlah suara tangisNya
meratapkan tangis dunia yang kehilangan keadilan
dalam perhelatan senjata dan keangkuhan

wahai...menangislah Kau Sang Bayi mungil....sepuas hatiMu
suaraMu hanyalah suara bayi yang imut bagi mereka
lebih berharga gemerlapnya ornamen
dari pada hidup berpantang dengki

hari ini NATAL lagi
dan kapela kecil itu pun penuh disinggahi
orang orang rapih berdandan
seakan tak ada lagi nestapa dari mereka yang terlupa....

25 Dec.'82

SERUAN DARI LEMBAH

bersuaralah wahai Nabi Perkasa
di padang perlombaan kekuatan ini
manakala manusia meratap lara
di lembah kelam ini
senandungnya memilu rasa

KARENA

ENGKAU datang terlalu rendah
sehingga kami tak mengenalMu
kebenaranMu terabaikan
keadilanMu tergadaikan

bersuaralah wahai Nabi Perkasa
bagi kami di belantara pilu ini
kekuatan kami terlucuti
dan...kami menantiMu selalu
dalam kepiatuan abadi....

Jakarta, 25 Dec.1981

SYAFAAT BUAT BANGSA MERDEKA

Saatnya lutut melipat

di atas bentangan selimut derita kemanusiaan ini…ya Sang MAHA

sementara telapak telapak itu ‘kan berlanjut menelapak teriknya semburat mentari

melayari genangan kampung kampung sepi berlumpur

dan…gesekan geligi mengilu menembusi gendang pendengaran menuli

karena keimanan pupus dalam dahaga bangsaku

……..bangsa merdeka …..

wajah wajah getir kelu tak berirama

teruruk dalam deru geram purnama purnama kelabu

memucatkan aura kesahabatan kami

mengubah rona pasi benderaku dan tengilkan persaudaraan kudus negeri

lalu mereka bertuah pada penjagal penjagal nurani

karena pergulatan keserakahan bangsaku

…….bangsa merdeka….

kepala kepala kecil ini kembali menengadah

pada bentangan lazuardi keadilanMu ya Sang MAHA

tangan tangan mungil ini menatang dalam hening syafaat sunyi…….

hanya kecil…. mungil melemah…

katakanlah…katakanlah…. dengan keperkasaan KASIHMu

jalan jalan bangsaku di tanah merdeka ini .......

(memasuki tahun Baru 1 Januari 2009)

AKU MENGETUK PINTU PINTUMU.....

aku mengendap bersama jemari sambil mengerjap

kuselip mataku sepandang di celah pintu berkatup

pada ruang ibadah beku di kaki bukit sepi itu…..

Kaukah di situ???

Namun tak ku temukan semilir usap sabdaMU

lalu aku berbalik saja …pergi …ragu

ku cari pintu yang lain ….sambil sekali sekali menoleh …galau

jangan jangan Kau tak pernah di sini lagi

ku coba merenung dalam ….merapihkan sahadatku yang mulai terbengkelai

sambil mengetuk pintu pintu berpasak ganda yang terkunci rapat ....

baru kusadari aku lalai mengusap dada…

mengatup tangan dalam doa

jangan jangan Kau berdegup bersama nadiku…….

mendesirkan ruh…dalam gemercik alir darahku…..

meranum di balik bianglala kalbuku

lalu ku sujud saja di sini … pada pelataran hatiku yang berpintu

tempat bermukim semua pusaran perintahMu

dan … pada tarikan nafas pertamaku….. suaraMu melirih :

“Jangan kau cari Aku di rumah tua itu

Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri,

pada bait hidup mereka Aku berada”

( Neuremberg, Germany, Mei 2003)

HALMAHERA

Melintasi gerbang Tidore - Gamalama
kuucap SALAM bagimu HALMAHERA
gugusan gunung-gunung perkasa mengawal pulaumu
dan deburan ombak mendenyutkan pantaimu
mengundang pengembara
menyinggahi daratanmu yang bertelaga

Sang Penerang malam mengilaukan misteri senjamu
dan burung Balam mengucap kalam:

“Puja padaMu Sang Pesolek semesta
sembuhkanlah luka-luka kami
yang pernah meronai kulit kami…hati kami…iman kami
dan biarlah kami tertidur sejenak..malam ini
hingga subuh mengembun damai
di sela bunga rumput yang mengharum
menyambut Sang Bintang pagi harapanku….”

Duma,8 Nov.2006
Photo BY:Emmy Sahertian

MENANTI SENJA DI KAIMANA

Burai gelombangmu liuk melenggang
bercengkerama bersama awan tenggara
menyapa kaki langit,
menyambut turunnya mentari merah delima
di tepian pantai putihmu yg melandai

Langit meregang sayap mencumbui tepian malam
menuntun burung burung punai
yg terbang merdeka pulang ke peraduan
bias sinarmu meranum
membelai hamparan gunung gunung biru mengelabu

Di beranda pertemuan mata angin ini
engkau berdandan
membentang selimut senja merah muda
lalu terlelap ….. sunyi

Sungguh…….keelokanmu membuatku merindu
‘ntuk kembali menjelang
menunggu….dalam keteduhanmu yang DAMAI…

Kaimana,5 Nov.2006
Marieta
Photographer: Corry Corputty

MAWAR DAN KERANGKENG BESI DI HIGBURY

Menyentuh embun diambang subuh di Highbury
tercium semerbak aroma mawar berkelopak ganda
yg bersandar mesra dipagar besi hmm…mesra…
lalu pedihku terbius dan asaku melarung lena…

betapa jiwa serasa disorga
karena nyaman itu menyata sepanjang teriknya hari
sejuk senja rayu membujuk
menggiring irama malam bersenandung singkat

namun seperti mawar itu melelap
deburan juang yang melamban
rasa sakit yang membaal
nafas pembelaan sejenak terhenti
pada sebuah kerangkeng besi bernama RASA AMAN….

Highbury,20 June 07
Photo:Dok.Pribadi

LITANI PAGI DI SASSENHEIM

Belaian dingin di pagi basah
menyapa pucuk anggur dan cemara
menghijau kemilau mengembun
dan bunga-bunga itu berlitani
ungu,putih, merah dan nila

sebuah bingkai lukisan jelita ber jendela
meredam pemberontakanku…
mendinginkan kemarahanku….
mencumbu rasa keangkuhanku….
yang telah merasuk jiwa karena penderitaan, ketidak adilan
dan rasa ditinggalkan….

bingkai jendela itu melukis harmoni semu
tentang keindahan abadi..
ketika mata hanya beranjak pada ruang persegi sempit
karena musim akan berganti
dan ibadat alam segera usai …. mengering

Tuhan….
kembalikan rasa berontakku
kembalikan kemarahanku
kembalikan kebanggaanku
agar aku tidak beku dalam rasa nyaman
dan perjuanganku menjadi sebuah fantasi
...............................................
Oleh: Sassenheim, 29 June 07
Photo:Dok.Pribadi

REBAS ILAHI PADA EMBUN PAGI

Renungan untuk GUS DUR

melabuh di atas hamparan karpet dia menahan derita raga

tapi kata katanya kekar mengasmakan sunnah ilahi

membasahi tanah tanah negeri menandus yang telah tenggelam mengelam

melapukkan kudus nya karsa membangun pelataran keadilan

kini….terperangah….bangkit

dan doa doa kami membumbung ke hadirat Tuhan bersama suara menguapnya

menampung hembusan sejuk angin subuh yang menyegarkan vena membiru merapuh

kini…berdenyut kembali

pagi ini…dia…rebas ilahi itu….

menelusur rumput menguning pada pesawahan kalbu kami

yang tertebas deras panasnya mentari keangkuhan para gembala negeri

kini…sejuk menitis…menumbuh

Tuhan…terima kasih…ia masih ada di sini

……………….dan angin subuh itu berhembus bersamanya ketika kami kembali…

AKU BERGABUNG.......

huruf huruf bermantera itu membelai gendang telingaku
bertalu merasuk sukma sukmaku yang kubungkamkan
kau tulis semuanya dalam loh loh hatiku yang selalu bersayap mengepak
kau bentangkan di atas nubuat nubuat zaman......
hari ini kau singkap
aku ingin mendengar......

begawan....
ajarlah kami dan aku bergabung bersamamu

(mengenang Gus Dur)

@Emmy Sahertian. Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.