Selasa, 27 September 2011

....dan angin sore pun melambai.....


satu……satu….
jemari langkahku menyusur peraduan kudusmu ibu..
detak nadimu kini beralih menyatu di ujung degupan dadaku
telah kau patri tanpa pamrih pada bentangan insaniku
dan angin sore pun melambai
mengurai tetes tetes kepedihanku
satu……satu….
selendang selendang asa merentang
menerawang kembara jiwamu membayang
dalam biasan lembayung malam
melebuh wujud bebasmu… tak beraga
dan …kelopak kelopak seruni mengharumi belulangmu
menoreh bisikan lirih tapa suci inkarnasimu:
“rohku sudah menitis dalam ujudmu….tuntas tak bersisa
meronai darahmu…..tuntas tak bersisa
menenun citamu……tuntas tak bersisa
membuai irama iBUhidupmu…….tuntas tak bersisa”
ibu…….
di sini aku melangkah…
menyaru wajahmu dalam gelung panjang ziarahku
menarikan sepi di bawah kepak sayap jiwamu
merambah belantara gumul tak bertepi
ku titip rindu abadiku
pada hembusan nyanyi daun daun cemara
pada gemercik gerimis gerimis senja
dan angin sore pun melambai
mengurai tetes tetes kepedihanku

(buat mama Ies yang telah pergi ke dunianya:28 Desember 2006)
----28 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar